JUDUL

EARTH SCIENCE AND ASTRONOMY

WELCOME

WELCOME TO MY HOUSE

THANK YOU FOR VISIT ME
COME BACK LATER

Senin, 30 Mei 2011

MENGENAL BATUBARA

1. Sejarah Batubara
         Sejak zaman dahulu kala, manusia sudah mengenal batubara. Orang - orang cina telah menggunakannya sejak 3.000 tahun silam. Di Indonesia, masyarakat sekitar Sungai Lematang di daerah Tanjung Enim, Sumatera Selatan, menyebutnya sebagai batu arang. Barangkali, sebutan itu dikarenakan bentuknya yang keras seperti batu dan berwarna hitam. Masyarakat setempat pun tahu bahwa batu hitan tersebut bisa dijadikan alat pembakar yang lebih kuat daripada kayu.
      Batubara adalah bahan bakar fosil. Fosil berasal dari bahasa latin fossa yang berarti galian. Yang dimaksud disini galian itu adalah sisa - sisa atau bekas - bekas tumbuhan yang kemudian menjadi batu atau mineral. Ilmu yang mempelajari tentang fosil disebut Paleontologi. Fosil yang kemudian menjadi batubara tersebut adalah tumbuhan - tumbuhan yang hidup sekitar 400 juta tahun lalu.
         Batubara terbentuk dari sisa tumbuhan yang membusuk dan terkumpul disuatu daerah yang banyak air seperti daerah rawa - rawa. Kondisi tersebut yang menghambat penguraian menyeluruh dari sisa - sisa tumbuhan. Sisa - sisa tumbuhan tersebur mengalami proses fotosintesis, yaitu proses biokimia yang dilakukan tumbuhan untuk memproduksi energi dengan memanfaatkan cahaya matahari. Karena itu, ada orang yang menyebut batubara sebagai 'matahari yang terkubur' untuk menjelaskan bahwa tumbuhan yang terbentuk menjadi batubara menangkap energi dari matahari melalui proses fotosintesis tadi.
        Dalam proses fotosintesis tersebut timbullah unsur - unsur kimia pembentuk batubara, seperti karbon, belerang dan sebagainya. Namun, unsur yang paling penting adalah karbon karena karbon inilah yang memberi energi kepada batubara.
          Di Indonesia, tambang - tambang batubara banyak terdapat di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Saat ini batubara banyak digunakan sebagai bahan bakar untuk pembangkit tenaga listrik. Selain itu, batubara juga dapat dibuat menjadi briket sebagai bahan bakat untuk keperluan industri rumahan dan rumah tangga.

2. Jenis - Jenis Batubara
          Pada umunya masyarakat hanya mengenal 4 (empat) jenis batubara, yaitu Antrasit, Bitumius, Sub-Bitumius, Lignit dan Gambut (atau Peat).
  • Antrasit
                  Antrasit adalah tingkatan batubara tertinggi dengan ciri warna hitam mengkilap mengandung antara 86 - 98 % unsur karbon dengan kadar air kurang dari 8%.
  • Bitumius
                  Bitumius merupakan jenis batubara yang setingkat dibawah antrasit, mengandung 68 - 86 % unsur karbon dan berkadar air 8 - 10 % dari beratnya.
  • Sub-bitumius
                  Sub - Bitumius adalah tingkat batubara selanjutnya, mengandung sedikit karbon dan banyak air.
  • Lignit
                  Lignit, kadang disenut juga dengan batubara coklat. Batu bara ini sangat lunak karena mengandung air 35 - 75%
  • Gambut (Peat)
                  Gambut memiliki nilai kalori yang paling rendah dengan kadar air di atas 75%.

3. Sistem Penambangan Batubara
         Ada dua macam cara bagaiamana batubara diambil dari bumi. Batubara yang letaknya tidak jauh dari lapisan permukaan bumi disebut dengan pertambangan terbuka atau Surface Minning. Kebanyakan tambang - tambang batubara yang ada di Pulau Sumatera dan Kalimantan adalah tambang terbuka.
         DAlam penambangan batubara sistem Surface Minning banyak alat - alat berat yang digunakan, seperti BWE (Bucket Wheel Excavator), Back Hoe, Shovel, Traktor dan lain - lainnya.
         Cara lain yang digunakan adalah sistem penambangan Dalam atau Underground Minning. Cara penambangan ini dilakukan bila lapisan batubara yang ada didalam permukaan bumi tersebut terlalu dalam dibawah permukaan bumi. Pada sistem tambang bawah tanah, aktivitas penambangan dilakukan didalam atau dibawah permukaan bumi.

< Sumber : PT. Batubara Bukit Asam >